Cengeng
Pada dasarnya aku tak pernah percaya dengan yang namanya mitos, namun peristiwa hari ini lagi-lagi membuatku bimbang antara percaya atau sebaliknya. Katanya, apabila sedang hamil ibunya cengeng, ntar setelah lahiran anaknya juga cengeng, mewarisi tingkah laku dan sifat ibunya semasa hamil.
Siang ini kembali aku menepuk jidat sambil menggelengkan kepala dengan tingkah laku gadis kecilku. Tidak seperti biasanya, sekembalinya dari sekolah wajahnya cemberut dan terlihat menahan sesuatu. Aku dibuat penasaran, apakah gerangan yang terjadi.
Seketika tangisnya pecah saat aku menanyakan perihal yang ia alami. Bukan jawaban yang ku terima malahan tangisannya semakin kencang. Berbagai cara aku lakukan agar dia mau menceritakan apa yang terjadi, tetapi tetap saja belum ada sepatah katapun yang terlontar dari mulutnya.
Kubiarkan ia terus menangis, mungkin dengan itu rasa kesalnya tersalurkan. Akhirnya setelah tenang, sambil sesenggukan ia bercerita bahwa dirinya tidak terpilih menjadi petugas upacara untuk hari Senin besok. Ia kecewa. "Oalah nak...nak..tak pikir telah terjadi sesuatu yang besar, ternyata......," gumanku.
Sebenarnya sifat cengengnya telah membuat ku jengah. masalah kecil saja bisa membuatnya menangis. Tak jarang ia menangis di sekolah hanya gegara temannya menertawakannya atau usil kepadanya, hal ini selalu menjadi laporan gurunya ketika pengambilan raport. Kembali aku teringat masa itu, masa dimana ia masih berada di dalam rahimku, ku akui aku cengeng saat itu, dan ternyata sifat itu diwarisi oleh gadisku.
Penulis : Rahmah
Editor : Lasia Kabran
Posting Komentar untuk "Cengeng"