Koreansan 4
Cerita Bersambung
KOREANSAN 4
kkum-ui sonyeo
(gadis idaman)
Baiklah, aku akan bercerita sedikiiit saja tentang diriku, Aku biasa dipanggil dengan Lanita, Aku anak yatim piatu semenjak kelas 1 SMP, ibuku dan ayahku korban kecelekaan tunggal pada saat mereka mengendarai mobilnya menuju ke Sumatera barat, tujuan mereka ke Sumatera Barat untuk menghadiri adik ayahku yang akan diberikan penganugerahan gelar adat di Kampung halaman orang tuaku, ya, kami sekeluarga bermukim di Pekanbaru, ayah dan ibuku putra Minangkabau yang merantau ke Riau sebagai ASN di sebuah instansi pemerintah di Provinsi Riau, sedangkan ibuku menjalankan bisnis kecil-kecilan, menjual aksesoris wanita dimulai dari tas, sepatu dan printilan wanita lainnya,ibuku dibuatkan toko kecil disamping garase rumah, dan pelanggannya lumayan banyak, mulai dari ibu rumah tangga, guruku, kawan darmawanitanya bahkan teman sekolah dan kuliahnya menjadi langganan utamanya.
Perjalanan ayah dan ibuku ke Sumatera barat bukan hal yang baru bagiku, mereka berdua melakukan perjalanan itu minimal 3 bulan sekali , dan sudah terbiasa bagiku ditinggal ayah ibuku. Begitupun kepergian orang tuaku pada saat itu tidaklah menghawatirkanku, tanpa firasat apapun. Ternyata pada saat aku mempersiapkan diri untuk mengikuti olimpiade mewakili sekolah, ayah ibuku mengalami tabrakan tunggal di Jalan fenomenal kelok sembilan, mengapa dikatakan kelok sembilan? Ya.. jalan itu mempunyai belokan yang berliku sebanyak sembilan belokan patah, tajam dan curam. Setiap melewati jalan ini ibuku selalu mengajak aku menghitung belokan agar aku tidak merasa bosan dalam perjalanan dan menghilangkan rasa mual perutku. Pada saat itu jalan kelok sembilan bukan seperti saat ini, lebar dan luas bagaikan jalan tol. Pada saat itu jalan kelok sembilan masih sempit dan harus saling mengalah ketika berpapasan dengan kendaraan besar lainnya. Pada saat peristiwa kecelakaan tunggal orang tuaku tidak ada satupun saksi yang bisa bercerita, karena suasana jalan sepi, mobil yang dikendarai ayahku terjungkal masuk jurang sedalam 74 meter, mereka berdua tidak tertolong. Semua sudah diatur Allah, pada saat itu aku tidak ikut, karena aku mengikuti kegiatan Olimpiade saince tingkat provinsi, mewakili sekolahku .
Kawan, kamu bisa membayangkan perasaanku pada saat itu, gadis kecil yang sedang serius belajar menghadapi olimpiade tingkat SMP, dantinggal di rumah ditemani pengasuh dan penjaga ruamah yang bukan ada pertalian darah. Aku kalut dan tidak mampu berbuat apa-apa, ada bu Elli kepala sekolahku yang menemani dan menghubungi adik ibuku satu- satunya yang berada di Medan, ya, tek Ana. Jika mengingat peristiwa itu, tak sanggup rasanya aku menahan debar jantungku, dan butiran air mataku akan sendirinya mengalir tanpa aku sadari, yaaa...aku terlalu sedih dan merasa hampa menghadapi semua. Alhamdulillah semua sudah berlalu dan aku ternyata kuat megnhadapi semua pergelutan jiwaku, kuat didampingi Tek Ana adik ibuku, yang pada saat itu belum dikaruniai anak, dan dia sangat terpukul dengan kondisi ibuku pada saat itu.
dan tanteku yang ku sapa Tek Ana inilah yang membawaku untuk tinggal bersamanya, dan tek Ana mempunyaidua orang anak laki-laki, Dewa kelas 6 SD, sedangkan Arjuna kelas 1 SD, tak Ana ini yang mengasuh dan membesarkanku bersamaan dengan dua anaknya hingga saat ini. Dan aku sangat tau diri, tidak mau menyusahkan adik ibuku dengan segala tetek bengek kebutuhannku, walaupun aku anak tunggal dari ayah ibuku, dan jadi anak perempuan satu satunya bagi tanteku saat ini. Jadi jangan kaget kalau aku sudah terbiasa berpacu waktu antara pekerjaan rumah, pekerjaan di pabrik dan tugas kampus.
6 bulan lalu baru menyelesaikan pendidikanku S2 di Teknik Indusri di sebuah perguruan tinggi negeri di Medan. Dunia kerja bukanlah hal asing bagiku, semasa kuliah aku juga sudah bekerja di sebuah pabrik kecil, free line, ya... pabrik milik keluarga dari suami tanteku, yang selalu aku panggil Tek Ana. Beliau merintis pabrik industri pengolahan plastik bekas yang bahan bakunya diterima padi pemulung, kemudian dijadikan ember dan pot bunga. Aku bekerja dengan beliau setiap hari setelah jam kuliahku selesai dan waktunya tidak ditentukan. Yaa, namanya free line dan membantu pabrik keluarga. Kalian mungkin bertanya, apakah aku digaji? Ya, aku digaji yang aku terima upahku setiap bulan walaupun tidak penuh seperti karyawan pabrik yang lain, dan aku kumpulkan upahku untuk membiayai kuliahku dan transportasi pergi dan pulang ke kampus, dan biaya makan aku tidak pikirkan, karena aku tinggal serumah dengan tanteku, adik ibuku.
Jika pak Hendro bertanya kesiapanku, tentu dia ingin meyakinkan dirinya sendiri dan mengingatkan aku yang diberi tugas untuk mempresentasikan program rencana kerjaku sebagai kepala devisi Quality kontrol produksi. Sedangkan kawanku Dini kepala devisi Finence juga sudah membuat rencana program yang ditugaskan , dan kami kerjakan lembur. Sementara Ira kepala devisi Publik Relation aku yakin juga sudah meyiapkannya. Kami bertiga lembur bewberapa hari ini menyiapkan semua tugas dan tanggung jawab yang akan kami presentasikan di hadapan Mr.Song Dhu Koen?”
Teman-temanku selalu mengaggap aku gadis tercuek di kampus, tidak peduli dengan sekitarnya, manis tapi sombong,,hahaha itu penilaian mereka tentangku,.. sebodoh amat, yang penting aku tidak menganggu mereka dan aku sangat menikmati kesendirianku.
"Halo, namaku Dini...suaranya cukup lantang untuk seorang gadis...ya sekarang dia jadi temanku satu kantor beda devisi dan satu mess.
Jadi ingat, masa perkenalan pada saat hari pertama kami diterima bekerja....sapaan sayang gadis manis yang memiliki tinggi 162 cm, kulit kuning sawo matang, matanya hemm tidak begitu menarik, biasa saja, pancarannya tajam dan sedikit sipit. Yang menarik hidungnya bangir dengan dipagari pipi yang cabi.
Nama yang tertera di KTPnya Nurdiniary Lubis.S.E,MBA..
Dan masih ada satu lagi sohib ku, Ira, beda devisi dan bukan satu mess, dia tinggal dengan orang tuanya, putra asli kota ini, ya Mirasantika, S,Kom. yang selalu kami panggil Balon, panggilan sayang aku dn Dini untuk Ira, sarjana Komunikasi yang selalu menyapa siapapun yang berpapasan dengannya baik di jalan raya ataupun jalan setiap ruangan di kantorku.
Berjalan sangat lincah dan percaya diri dengan beban tubuh yang tidak ringan, semua Selasar kantor akan dijejali oleh tapak kakinya, selalu senyum dan tertawa lepas ketika ada hal yang dianggapnya lucu. Dan terkadang lucu menurutnya, tidak lucu menurutku, sehingga aku tertawa bukan dikarenakan kelucuan yg dilihat Ira.. aku tertawa karena melihatnya tertawa..dan itu lebih lucu menurutku.
Ira paling suka Selfi dan bermain di pentry, aku paling senang mengajaknya lembur, karena tidak ada penolakan dari bibirnya, selalu mau menemaniku tanpa mengeluh.Tapi aku juga harus awas, karena ada kejadian yang tak mengenakkan menurutku, suatu saat dia akan diam diam menghilang,meninggalkan diriku ditengah tumpukan kertas dan keheningan malam di kantor yang menakutkan. Setelah sekian.lama menghilang dia akan datang dengan wajah tanpa bersalah tangannya berisi setumpuk jajanan dalam kantong plastik, dan semua akan mendapatkan jatah makanan darinya, mulai security hingga CS di pantry. Dan hebatnya dia memiliki kekasih yang setia.
Sementara aku dan Dini??
Kami bertiga wanita yang terlalu angkuh untuk dikatakan wanita manja.. kami terlalu mandiri, atau itu yang membuat lelaki tidak melirikku?? Atau melirik Dini?? 😀😀😀❤️❤️❤️
(Karya: lasia kabran)
Posting Komentar untuk "Koreansan 4"