Malam Purnama
Hujan masih meninggalkan aroma basah dan lembab. Malam yang ditunggu-tunggu datanglah sudah. Suasana akhir pekan diterang bulan purnama merupakan malam yang dinantikan Atan dan kawan-kawan. Selesai sholat Isya, mereka akan menyusun kain sarung dan al-Quran di rak buku di samping mihrab surau dekat rumahku, dan mereka akan berlari berkerumun di halaman luas rumah pak Umar.
Ada beberapa pria dewasa duduk di kursi panjang sambil ngopi dan menghisap cerurtu dari daun nipah., rumah pak Umar selalu dijadikan tempat mangkal anak anak desa ini. Ramai remaja putra berlatih tari Zapin dan kompang. Namun malam ini tak terdengar music zapin yang diperdengarkan dari pita kaset dari tape dek tua yang masih layak pakai.
Penari zapin sibuk memanggul dayung sampan dan menghela jarring. Aku mengamati kegiatan Atan dari kejauhan, dari tingkap rumah panggungku. Ada kesyahduan mengamati kegiatan orang –orang kampung di malam hari, di bawah terang bulan.
Dari kejauhan aku melihat jeep tua datang, Husin turun dari mobil tuanya menuju kerumunan lelaki dewasa dengan membawa jaring. Aku hanya terpaku melihat bocah mungil dengan rambut dikepang mengikuti gerakan Husin . Intan melambaikan tangan dan berlari menuju rumahku yang berjarak hanya lima belas meter dari rumah pak Umar. Malam bulan purnama selalu ditunggu warga, suasana ramai bagaikan suasana Mall di kota besar.(lasiakabran)
Posting Komentar untuk "Malam Purnama"