Terkasih
Setiap joging pagi hari aku selalu berpapasan dengan prof Tomy, lelaki sepuh kuperkiran usia 70 tahunan. Memakai setelan pakaian olahraga. Topi putih yang menutupi kepalanya yang plontos tak menutupi senyum yang menghiasi wajahnya yang menua. Aku selalu memulai untuk menyapa serta melambaikan tangan dengan ucapan selamat pagi.
Pagi Minggu kulihat prof Tomy membawa buklet mawar pink dan putih digenggamnya, kombinasi indah. Penasaran kutanyakan kembang untuk siapa? Dia hanya tersenyum, dan menjawab, untuk yang terkasih.
Menikmati kopi di sebuah cafe caraku menyapih kejenuhan dari tekanan pekerjaan. Dari sudut cafe kulihat prof Tomy turun dari mobil Jeep hitamnya. Dan aku melambaikan tangan, dia berjalan menuju arah mejaku, memesan kopi untuknya dan kopi yang akan di gosendkan dengan cup spesial. Kali ini rasa penasaranku tak terbendung. Kutanyakan kopi yang dipesannya untuk siapa? Dengan ringan dia bercerita bahwa buklet mawar setiap Minggu selalu dikirimnya untuk yang terkasih, dan kopi ini juga untuk kekasihnya. Aku terpaku, lelaki sepuh masih memiliki kekasih? Dan itu bukan istrinya, kekasih dimasa kuliah dan masing masing sudah berkeluarga.
"Takdir yang memisahkan kami, dia sekarang masih mengajar di sebuah universitas sebagai peneliti. Kami tetap menjaga rasa itu, hingga saat ini, dan hubungan ini hanya dia dan aku yang mengetahui, dan ini masalah rasa, jangan kamu hubungkan dengan agama", aku hanya mampu menyeruput kopi pahitku, dan benar benar pahit. (Lasia Kabran)
Tetap menjadi berguna dan bermanfaat bagi semua orang
BalasHapusAlhamdulillah.. terimakasih atas kunjungan dan dukungannya❤️🌹
BalasHapus