Rumit 2
Tagor security gedung mendatangiku
ke lantai 7, mengantarkan kunci mobil majikannya. Johanes staf devisi produksi
kuperintahkan mengantar mobil Bu Mala Langit ke bengkel mobil langgananku untuk
diperbaiki pintu mobilnya yang kutabrak tanpa sengaja.
Alaram istirahat berbunyi,
sebahagian karyawan menuju mushalla untuk melaksanakan sholat Dzuhur. Seperti
biasa selesai sholat aku mengajak Darmi teman yang juga selalu jadi Imam di
mushala kantor untuk makan siang.
Aku perlu adaptasi dengan suasana kerja di BUMD ini. Banyak kesamaan dalam dunia kerja, namun ada beberapa hal yang harus kita akui, manajemen orang Eropa lebih akurat dan tepat sasaran. Seperti sore ini, menjelang berakhir jam kerja, aku harus menyelesaikan beberapa pekerjaan yang besok harus kubawa ke rapat direksi. Darmi temanku menguasai sistem informasi di perusahaan ini. Tepat pukul 17.30 kami meninggalkan ruang kerja. Darmi menuju motor Mogenya, sementara Fordku sudah menunggu. Di Lobi kulihat Darmi ngobrol dengan Langit, wanita yang terlalu kaku menurutku. Sekedar basa basi aku menyapa mereka berdua. Darmi mengajukan usul, agar aku bersedia mengantar Bu Mala Langit ke rumahnya, karena mobilnya di bengkel, dan senja sudah merbat gelap. Belum terucap tawaranku, dia sudah menolak dengan tegas, bahwa dia akan berjalan kaki ke halte dan naik trans metro. Jarak kantor ke halte kurang lebih 100 meter, kulihat Darmi menahan tawa melihat mulutku terkatup rapat. Dan dia berjalan dengan anggun meninggalkan kami," dia memang perkasa" ucap Darmi meninggalkan aku. (Lasia Kabran)
Posting Komentar untuk "Rumit 2"