Kompang
Dari kejauhan aku mendengar suara pukulan kompang bartalu-talu dengan irama yang harmonis. Sesekali ada tingkahan pukulan yang mengalun lembut dan tetiba ada hentakan suara kompang yang membuat suasana malam Jumat ini menjadi lebih dingin, dan ada perasaan aneh yang membuat tengkukku bergidik. Dari jauh kulihat pak Iyar berlari kecil melintasi rumahku, “kemana Pak? Tanyaku, dan dia mengatakan akan ke Masjid berlatih Kompang, Hentakan irama kompang biasanya berhenti pada pukul satu malam, dan meninggalkan keheningan yang dingin.
Malam ini masih kudengar irama pukulan kompang, bertalu-talu dan riuh dimalam musim penghujan. Kulihat pak Iyar sudah melintas dan tidak terlambat untuk latihan kompang malam ini, katanya besok hari Sabtu ada undagan pesta nikah kawin adat Melayu. Grup kompang Tanaqqalta diundang sebagai pengarak pengantin. Siang minggu setelah sholat Dzuhur, ibuku mengajakku untuk menemaninya ke pesta nikah kawinnya Arin. Ada rasa enggan untuk menemani ibuku, ada perasaan sedih, karena teman mainku sudah mengakhiri masa lajangnya, sementara aku sampai saat ini masih sendiri.
Sesampainya kami di tempat pesta suara riuh kompang terdengar, bertalu-talu dan hentakan irama membuat jantungku sedikit bergetar. Kulihat pak Iyar menepuk kompang dengan semangat mengiringi pengantin yang berjalan di depan grup kompangnya. Aku melihat gerakan tubuh pak Iyar meliuk-liuk mengikuti irama kompang,tangannya bergetar dan sejurus kemudian dia terjatuh dan terkapar. Semua peserta kompang panik, sebahagian tetap menepuk kompang dan tim keamanan pesta nikah mengangkat pak Iyar ke tepian teras tetangga. Ada ustad yang menenangkannya, diberi minum dan ku lihat diantara setengah sadar pak Iyar melindur, “aku nak Kawin, nak kawin biar diiringi kompang”. (Lasia Kabran)
Carikanlah jodoh pak Iyar tu Bun...
BalasHapusHahahaha...mati akuuh 😀😀😀
HapusHahahahaaaaaaa.......takajui diriku..membaca akhirnya.....hahahahahahaaaa
BalasHapusHahahaha..gara gara selalu mendengar org cerita latihan kompang... timbul deh ceritanya 😀😀😀😀
Hapus