Penguasa 3 Lantai
Semua barangku di lantai dua sudah ku kemas, kurapikan dan dimasukkan dalam kotak yang aku bawa dari rumah. Sambil menghela nafas semua kuperhatikan satu-persatu, takut ada yang tertinggal. Setelah tidak ada lagi yang tertinggal, petugas mengangkat barangku dan meletakkannya di meja yang sudah tersedia. Masih ada tetesan darah kering di atas lantai, kuminta Bejo membersihkan dengan kain basah dan dipel ulang lantainya.
Selesai di lantai tiga, aku melihat beberapa temanku masih enggan untuk naik ke lantai tiga, iseng aku memasuki ruangan Ayi, dan kulihat wajah manisnya yang sedikit chubby pias dan terkejut melihatku.”ibu dari mana?” pertanyaan aneh yang kurasakan, bibirnya bergetar bercerita bahwa dia mencariku dan dilihatnya aku tengah asik di depan laptopku. Ayi berjalan meninggalkan ruanganku dan berjumpa Rika yang mengatakan bahwa aku di lantai 3, dan secara tiba-tiba pintu terbanting keras dan menghempaskan kaca pintu, untung tidak berderai pecah, dan wajah Ayi semakin pias, “ternyata yang Ayi lihat tadi bukan Ibu”.
Suasana lantai satu sudah apik, tertata dengan rapi dan bersih layaknya sebuah kantor yang nyaman. Kudekati ruangan IT, dan kulihat Rubi asik mengedit berita, ruangan yang super sibuk, editor menyusun lay out berita dengan tekun. Nurul membuat flayer, Zaki masih berkutat dengan rekaman yang akan ditayangkan, dan tiba-tiba Kiki menjerit, melompat dengan histeris. Kulihat kucing hitam dengan mata tajamnya menyeringai menatapku dan mengibaskan ekornya ke wajah Nurul, kucing itu keluar dari layar computer Kiki, tanpa meninggalkan pecahan kaca, hanya tetesan darah yang lekat di layar monitor. { LasiaKabran}
Sang penakut lantai 3.
BalasHapusSebenarnya penakut itu hanya bisa menakut-nakuti.
Tanpa keberanian, hanya mengandalkan tak kasatnya.
Bahkan salah satu dari mereka pernah diikat oleh nabi dan hendak dijadikan mainan anak.
Pengakuan mereka, hanya takut sama jiwa yang dekat dengan rabbNya.
Jangankan dengan ayat-ayat alquran, kalimat adzan itu pun mereka lari terbirit-birit sejauh mungkin sampai kalimat itu tidak terdengar.
Merekalah sang penakut itu.
Yup...benar Pak 🌹 setuju'
BalasHapushorornya dmn buk
BalasHapusTemukan sendiri 😀... namanya lagi belajar nulis horor
Hapus