Lepas

 

Wajahku pias ketika Mala Langit meminta alamat bengkel mobil. Aku menatap Darmi, dan di tersenyum. Ampuuuun, apalagi ini batinku.aku memberikan alamat bengkel, dan aku janjikan pada saat coffe break akan mengantarkannya ke bengkel, ada anggukan kata sepakat.

Pukul 10 aku turun ke lantai 3, kantor Langit, wanita yang terlalu rumit menurutku. Semua sesuai aturan dan sangat teliti. Andai dia karyawanku betapa beruntungnya aku, kinerja yang ideal.

Aku membukakan pintu untuknya, kami duduk berdampingan di mobil sedan yang dirawatnya dengan baik, Darmi tak bisa ikut, data base karyawan belum rampung. Dalam perjalan ke bengkel aku membisu, tak tau apa yang akan dibicarakan. Langit ternyata teman ngobrol yang mengasikkan, ada saja yang menjadi topik nya, lincah dengan intonasi bercerita yang memukau, derai tawanya membuatku tersenyum. Jauh dari perkiraan ku, ibu 3 orang remaja, wanita karier yang mandiri dan menarik. Setiba di bengkel, segera aku bukakan pintu untuknya, namun dia lebih gesit dan sudah turun menuju Pajul pemilik bengkel.

Mereka berbicara sambil menunjuk pintu mobil sedan Langit, Pajul menganggukkan kepalanya." Siap Bu, segera kami rapikan". Sebelum aku meninggalkan bengkel, Pajul mendekati ku. "Maaf bang, kami kurang teliti, kalau si ibu itu yang komplain, kami siap kerjakan" sambil tersenyum aku meninggalkan bengkel. Langit bergumam, jika sipengguna jasa tidak teliti, berapa kerugian yang akan dialaminya. Dan jika pemilik jasa sembrono, akan cepat tutup tempat usahanya. Aku merasa disindir, bagaikan luka yang diberi asam. Aku meliriknya dan dia tersenyum melihatku mencuri pandangannya. (Lasia kabran)

Lokasi:

Berbagi :