Deringan Terakhir
Kamis sore suasana sedikit redup dan beberapa saat kemudian rinai hujan menerpa jendela tepat disamping kursiku. Jarum jam sudah menunjukkan pukul 17.00 . Aku masih di depan komputer menyelesaikan laporan aset kantor yang harus di data. Aku dan beberapa temanku masih di kantor, menyelesaikan tugas masing masing-masing. Aku masih di ruanganku, di lantai tiga.
Keasyikan ku menyelesaikan laporan terganggu dengan bunyi dering hp, kulihat no yang tertera dilayar handphoneku nomor telepon di ruangan pak Dedy. Ada rasa kesal dengan panggilan yang mengganggu konsentrasiku. Mbak Reni yang selalu menemaniku lembur mengangkat wajahnya dan mentatapku. Setahuku jam segini beliau sudah pulang, namun kok aneh beliau masih di kantor.
Kulihat mas Joko CS kantor
sedang membersihkan lobi lantai tiga, aku minta mas Joko memeriksa ruangan pak
Dedi. Sejenak kemudian mas Joko melaporkan bahwa ruangan pak Dedy dikunci
dan sudah pulang setelah sholat Ashar.
Lalu yang menelpon tadi siapa? Tanyaku menatap wajah mbak Reny yang sudah mulai
kecut. Rubi tim IT kantor menjelaskan telpon di ruangan pak Dedy sudah lama rusak,tidak
bisa memanggil keluar, tapi bisa menerima telpon dari luar. Braaaak! pembicaraan
kami terhenti ketika plafon lobi lantai
tiga jatuh tepat di depan Rubi, kami tersentak menyaksikan kucing hitam
meloncat dari plafon, dan taringnya masih meneteskan darah tikus yang ada
melekat moncongnya. { Lasia Kabran}
Ceritanya menarik2 pengen baca lagi dan lagi
BalasHapusTerimakasih mbak 🙏❤️
Hapusawesome,,, 👍🏽
BalasHapus🌹🙏
HapusGak nyangka
BalasHapusHati ana gedebag gedebug..kirain makhluknya nongol..ternyata...😰😯
BalasHapusHihihi..tipu daya penulis aja nih
Hapuswaah bikin hatiku berdebar
BalasHapus