Amayadori

 

 

 

Hari ini, hari ke-4 kotaku diguyur hujan . Penduduk yang rumahnya di dataran rendah atau tepat diresapan air berkeluh kesah karena banjir. Hujan identik dengan banjir. dan Alhamdulillah rumah yang kubeli tidak di dataran rendah apalagi diresapan air.

Payung kusiapkan untuk hari ini, aku tidak mau basah kuyup lagi. Mantel hujan bukanlah solusi bagiku, tak nyaman pada saat memakainya.

Semenjak hujan aku tidak mengendarai motorku, dan kupilih naik trans metro, bus kota yang akan mengantarkan aku langsung ke tempat kerja karena halte bus tepat di depan kantor. Di dalam bus trans metro sayup lagu lama yang hits di Era 90-an Amayadori, suara lembut Mayumi itsuwa, menunggu hujan reda begitu kira kira artinya. Kusenderkan kepalaku di jendela kaca bus, kulihat air menerpa jendela kaca menimbulkan irama tersendiri, pagi yang sendu. Bus berhenti tepat di seberang kantorku, kuambil payung yang kusenderkan disamping bangku. Payung aku kukembangkan hendak menyebrang jalan menuju kantor. Begitu payung terkembang melintas mobil sport terbaru melintas dihadapanku dan meninggalkan bercak air jalanan di bajuku. Aku menjerit tertahan, dan kendaraan itu tetap melaju, hanya sumpah serapah pejalan kaki yang lain kudengar, sementara aku hanya mampu menepis lumpur dari rok dan kemeja seragamku.

" Nita, yuk naik" aku melihat mobil sedan putih berhenti tepat di depanku. Awalnya aku ragu, ketika dia membukakan pintu , aku baru ingat, Arif DonYuan di kampus ku

" Basah penuh lumpur bajumu, aku antar pulang atau bagaiman Nit? Pertanyaan Arif membuyarkan lamunanku, akhirnya aku minta Arif antarkan aku ke kantor. Aku punya dua pasang pakaian seragam di kantorku, jadi tidak akan merepotkannya dan itu pilihan tepat bagiku dan bagi Arif yang selalu mencari kesempatan mendekatiku, pria yang tak pernah jera ingin menaklukkan seluruh wanita di fakultasku, dan kali ini dia kena batunya, aku menikahi sahabat karibnya. (Lasia Kabran)

Lokasi:

Berbagi :