Lupakan
Ruangan pertemuan sudah mulai diisi beberapa orang yang sebahagian besar tidak kukenal, aku memenuhi undangan mereka karena temanku Titin dan Evi. Sebenarnya aku bukan bahagian dari mereka, hanya 8 bulan aku bergabung di SMA itu, kelas 2 aku pindah mengikuti orang tuaku dipindahkan tugas sebagai abdi Negara ke kota Medan. Kulihat Titin melambaikan tangannya ke arahku, dan kulihat deretan kursin belum juga penuh, ada dua kursi yang masih kosong aku duduk disebelahnya. Aku menyalami beberapa teman yang samar samar kuingat dan yang lainnya , aku tak ingat dan tak kenal.
Keasyikan kami berbicara terhenti ketika lelaki yang berpenampilan tenang mendekatiku dan mengulurkan tangannya ,”kamu Nita kan?” aku mengangguk dan aku ingat dia ketua kelasku ketika kelas 1.8. Rizal. Masih kalem dan hanya selintas senyum setiap dia berbicara. Duduk berhadapan dengan teman lama biasanya yang diceritakan pengalaman dimasa duduk dibangku SMA dengan kekonyolan serta keusilan yang pernah dilakukan pada masa itu, dan aku hanya sebagai pendengar, sesekali menimpali perbincangan mereka.
Phubing, itu kebiasaan jelekku, jika lawan bicaraku kurang menarik
tapi kali ini smartphoneku berdiam betah di dalam tas tanganku, perbincangan
yang asik dengan timpalan kelucuan mereka, pria dan wanita dewasa yang
berperilaku bagaikan remaja. Tepat pukul
lima sore pertemuan kami bubar, dan ditutup dengan foto bersama, aku
sedikit risih ketika Rizal mendekatiku untuk berfoto berdua dan berbisik tepat
ditelingaku“ kamu masih simpan suratku?” aku ingat surat yang diselipkannya di
buku bahasa Indonesia yang dipinjamnya, dan isinya aku lupakan, sungguh! ingin
kulupakan. { LasiaKabran}
Posting Komentar untuk "Lupakan"