Pura pura lupa
Tepat pukul 17.00 wib, aku menuju tempat praktikku. Sesampai di tempat praktik aku memakai jas dokter dan mempersiapkan alat kedokteran. Ku semprotkan aroma ruangan agar segar. Kulirik cermin di sampingku, ok wajah letihku sudah sirna dengan sapuan make up tipis dan warna lipstik yg cerah. Wanita harus menarik, bukan cantik dan cantik itu relative dan aku percaya itu.
Pasien pertama wanita paruh baya yang mengeluhkan sendi kakinya sakit. Aku kasi advice bahwa pengapuran pada wanita di atas usia 50 adalah hal yg mesti dihadapi. Cukup lelah dengan jumlah pasien 18 orang. “Pak Andy”, kudengar perawat memanggil pasien terakhirku. Pintu ruang praktik terbuka, dan aku menerima status pasien yg kosong, berarti bapak ini baru, dalam hatiku. Aku mempersilahkan pasien ini duduk dan ku tengadahkan kepalaku, dan dia belum juga duduk di kursi pasien.
Silahkan duduk pak, ada keluhan? Tanyaku. Dia hanya tersenyum,” kamu lupa dengan ku, Ratih tidak ingat aku?” Tanyanya sambil menarik kursi dihadapan ku. Aku jawab tidak ingat dan tidak punya kenalan bernama Andy, kulihat wajahnya kecewa. Aku bertanya keluhannya apa, dan jawabnya tidak ada keluhan, hanya ingin berjumpa denganku, cuih! Hanya ingin berjumpa? Setelah sekian tahun aku dilupakannya dan meninggalkan seorang anak tanpa rasa tanggung jawab? Seminggu setelah menikah dia kabur dengan wanita lain, dan wanita itu sahabat SMA ku Evi. {Lasia Kabran}
Posting Komentar untuk "Pura pura lupa"